Spot Snorkeling di Indonesia yang Rusak Akibat Ulah Manusia

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan keindahan bawah laut yang luar biasa. Ribuan spot snorkeling tersebar dari Sabang hingga Merauke, menawarkan pesona terumbu karang dan keanekaragaman hayati laut yang memikat wisatawan lokal maupun mancanegara. Namun, keindahan ini kini terancam. Banyak lokasi snorkeling mengalami kerusakan parah akibat ulah manusia, baik dari aktivitas wisata yang tidak bertanggung jawab, pembangunan pesisir yang masif, hingga praktik penangkapan ikan yang merusak.


⚠️ Penyebab Utama Kerusakan Spot Snorkeling

Berikut beberapa faktor utama yang menyebabkan kerusakan spot snorkeling di Indonesia:

  1. Overtourism (wisata berlebihan)
    Terlalu banyak wisatawan dalam satu waktu menyebabkan tekanan pada ekosistem, seperti kontak langsung dengan karang, pemberian pakan ikan, hingga polusi.

  2. Aktivitas snorkeling dan diving yang tidak terkontrol
    Menyentuh, menginjak, atau mematahkan karang sering terjadi, terutama dari wisatawan yang tidak teredukasi.

  3. Pembuangan limbah dan sampah
    Limbah rumah tangga, hotel, dan kapal wisata memperburuk kondisi air laut.

  4. Penangkapan ikan destruktif
    Penggunaan bom ikan dan racun sianida merusak struktur terumbu karang.

  5. Pembangunan dan reklamasi pantai
    Merusak habitat alami, mempercepat abrasi, dan menurunkan kualitas air.


📍 Data Kerusakan Spot Snorkeling di Indonesia

Berikut beberapa lokasi snorkeling di Indonesia yang mengalami kerusakan signifikan:

1. Teluk Cina, Pulau Lemukutan – Kalimantan Barat

  • Kerusakan sedang: 1,47% – 3,52%

  • Penyebab: Wisatawan menginjak karang, pemberian makan ikan, dan jangkar kapal.

2. Karimunjawa – Jawa Tengah

  • Tutupan karang hidup menurun: 33% – 52%

  • Kontak wisatawan: Hingga 0,063 orang/menit melakukan kontak fisik dengan karang.

  • Insiden besar: Kerusakan akibat karamnya tongkang batubara tahun 2017.

3. Kepulauan Seribu – Jakarta

  • Penurunan ekologis: 5% – 8% per tahun akibat snorkeling dan diving.

  • Karang sehat: Hanya sekitar 20% di beberapa lokasi.

4. Pulau Liukang Loe – Sulawesi Selatan

  • Kerusakan signifikan akibat bom ikan, penyelam yang menginjak karang, dan jangkar kapal.

5. Gili Trawangan & Amed – Lombok & Bali

  • Gili Trawangan: Karang rusak akibat bom ikan dan pembangunan tidak terkendali.

  • Amed: Garis pantai mundur hingga 100 meter akibat penambangan karang untuk bangunan.

6. Data Nasional

  • LIPI (2013): Hanya 30,4% dari 1.135 titik pantai yang karangnya masih sehat.

  • Greenpeace (2018): Banyak kawasan mengalami penurunan tutupan karang di bawah 50%.

  • Diperkirakan 82% terumbu karang di Indonesia berada dalam kondisi terancam.


🌱 Upaya Pemulihan dan Konservasi

Beberapa langkah konservasi mulai diterapkan di berbagai tempat:

  • Pemasangan mooring buoys untuk mencegah kapal melempar jangkar langsung ke karang.

  • Restorasi karang dengan teknologi Biorock di Gili.

  • Transplantasi karang oleh komunitas lokal dan LSM.

  • Edukasi wisatawan mengenai etika snorkeling yang ramah lingkungan.

  • Penutupan sementara lokasi wisata seperti di Teluk Maya (Thailand) telah menginspirasi pengelolaan destinasi wisata di Indonesia.


✅ Kesimpulan

Indonesia memiliki kekayaan laut yang luar biasa, namun keberlanjutannya bergantung pada kesadaran semua pihak. Wisata bahari yang bertanggung jawab harus menjadi prioritas. Tanpa perubahan pola wisata dan pengelolaan yang berkelanjutan, banyak spot snorkeling indah yang kini rusak hanya akan tinggal kenangan.

🌟 Mari jadi wisatawan yang bijak:

  • Jangan menginjak atau menyentuh karang.

  • Hindari memberi makan ikan liar.

  • Gunakan tabir surya ramah lingkungan.

  • Pilih operator wisata yang menerapkan prinsip ekowisata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *